Sabtu, 18 Juni 2011

halaman 1 Pengertian RJPO defibrilasi

Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung
Tujuan : Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali
Indikasi :
1.  Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)
2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
  • Hipoksemia karena berbagai sebab
  • Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)
  • Gangguan irama jantung (aritmia)
  • Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)
Diagnosis :
  • Tidak terdapat adanya pernafasan (dengan cara Look-Listen-Feel)
  • Tidak ada denyut jantung karotis
Perhatian :
Pada pasien yang telah terpasang monitor EKG dan terdapat gambaran asistole pada layar monitor, harus selalu dicek denyut nadi karotis untuk memastikan adanya denyut jantung. Begitu juga sebaliknya pada pasien terpasang monitor EKG yang telah di-RJP terdapat gambaran gelombang EKG harus diperiksa denyut nadi karotis untuk memastikan apakah sudah teraba nadi (henti jantung sudah teratasi) atau hanya gambaran EKG pulseless. Jika nadi karotis belum teraba maka RJP dilanjutkan
Tindakan
Tanpa alat :
a.1 (satu) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan
b. 2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar yang dilakukan oleh masing-masing penolong secara bergantian dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan dengan berganti orang.
c. Pijat jantung luar diusahakan 100 kali/menit
Dengan alat :
Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik harus segera diusahakan pemasangan intubasi endotrakeal
RJP dihentikan bila :
  • Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan
  • Mengecek nadi dan pernafasan
  • Penolong sudah kelelahan
  • Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal

    RJP (Resusitasi Jantung Paru)

    RJP (Resusitasi Jantung Paru)
    Tujuan utama anestesiologi adalah untuk menjaga fungsi sistem organ-organ vital selama operasi. Oleh karena itu, tidaklah heran bahwa pakar anestesi memainkan peranan penting dalam pengembangan teknik-teknik resusitasi jantung paru di luar kamar operasi. Resusitasi jantung paru dan perawatan jantung darurat (CPR-ECC) harus dipertimbangkan untuk dilaksanakan setiap saat apabila seseorang mengalami kesulitan dalam oksigenasi dan perfusi organ vitalnya- tidak hanya dilakukan ketika terjadinya gagal jantung ataupun gagal nafas.
    Bab ini menyajikan sebuah tinjauan tentang rekomendasi-rekomendasi dari American Heart Association dan International Liaison Committee on Resuscitation (ILCOR) tahun 2000 untuk mengadakan dan mempertahankan ABCD dari resusitasi jantung paru yaitu Airway (jalan nafas), Breathing (pernafasan), Circulation (sirkulasi), dan Defibrillation (defibrilasi). Namun biasanya hasil terbaik didapatkan bila ECC dilaksanakan yaitu : 1. Mengenali keadaan-keadaan yang mengancam, 2. Mengaktifkan sistem respon darurat, 3. Bantuan Hidup Dasar, 4. Defibrilasi, 5. Ventilasi, 6. Farmakoterapi. Pedoman-pedoman untuk tahun 2000 telah diperbaharui dan pedoman-pedoman baru telah direncanakan untuk tahun 2006 di mana pedoman-pedoman tersebut lebih bersifat evidence base (berdasarkan bukti/fakta yang ada) dan lebih bersifat internasional daripada sebelumnya. Perubahan-perubahan penting adalah bahwa denyut nadi tidak harus diperiksa, dan kompresi dada tanpa ventilasi dapat sama efektifnya dengan kompresi dada dengan ventilasi selama beberapa menit pertama. Jika seseorang tidak ingin melakukan ventilasi dari mulut ke mulut, kompresi dada saja lebih dianjurkan daripada tidak melakukan apa-apa. Bagi penyedia layanan kesehatan, defibrilasi menggunakan arus listrik bifasik merupakan yang terbaik, penempatan pipa trakea (tracheal tube) harus dipastikan dengan alat pengukur end-tidal CO2 kualitatif, penggunaan bretyllium tidak lagi direkomendasikan, tapi penggunaan vasopressin telah ditambahkan pada algoritma dan penggunaan amiodaron lebih ditekankan pada pedoman terbaru ini. Akan tetapi, walaubagaimanapun, bab ini tidak bertujuan untuk menggantikan pelatihan formal dalam bantuan hidup tanpa alat khusus (bantuan hidup dasar/ Basic life support) ataupun bantuan hidup dengan alat khusus dan obat- obatan (Advanced Cardiac Life Support).

    Jalan Nafas (Airway)
    Meskipun huruf A pada istilah ABC berarti Airway (jalan nafas), namun ini juga berarti penilaian awal (initial Assessment) kondisi pasien. Sebelum resusitasi jantung paru dimulai, tidak adanya respon harus ditentukan dan sistem respon darurat diaktifkan.
    Penilaian jalan nafas kemudian dilakukan. Pasien diposisikan dalam keadaan terlentang pada permukaan yang padat. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh lidah ataupun epiglotis yang jatuh ke belakang/ posterior. Jika tidak ada tanda-tanda instabilitas tulang leher/servikal, manuver kepala ditengadahkan dan dagu diangkat (head tilt-chin lift), harus dicoba terlebih dahulu. Salah satu tangan (telapak tangan) diletakkan pada dahi pasien untuk memberikan tekanan agar kepala dapat ditengadahkan sambil mengangkat dagu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang lain. Elevasi mandibula (jaw thrust) mungkin lebih efektif dalam membuka jalan nafas dan dilakukan dengan menempatkan kedua tangan pada setiap sisi kepala pasien, memegang sudut mandibula, dan mengangkatnya.
    Jika muntahan (vomitus) atau benda asing dapat terlihat di dalam mulut pasien yang tidak sadar, harus dikeluarkan dengan jari telunjuk yang dibengkokkan. Jika pasien sadar atau jika benda asing tidak dapat dikeluarkan dengansapuan jari, dianjurkan melakukan manuver heimlich. Tekanan pada abdomen subdiafragma ini mengelevasi diafragma, mengeluarkan hembusan udara yang kencang dari paru-paru yang dapat mendorong benda asing tersebut keluar. Komplikasi-komplikasi dari manuver heimlich ini antara lain patah tulang rusuk, trauma pada organ dalam, dan regurgitasi. Kombinasi pukulan pada punggung (back blow) dan tekanan dada (chest thrust) dianjurkan untuk mengatasi obstruksi jalan nafas akibat benda asing pada bayi.
    Jika setelah jalan nafas dibuka tidak ada tanda-tanda pernafasan yang adekuat, penolong harus memulai bantuan pernafasan, dengan memompa paru- paru korban dengan pernafasan mulut-ke mulut , mulut ke hidung, mulut ke stoma, mulut ke alat rintangan (barrier device), mulut ke penutup muka (face shield), atau mulut ke sungkup atau dengan menggunakan alat sungkup berkantung/pompa (bag-mask device). Nafas diberikan secara perlahan (waktu inspirasi ½ sampai 1 detik) dengan volume tidal yang lebih kecil (sekitar 700-1000 ml, lebih kecil lagi (400- 600 ml) bila menggunakan oksigen tambahan) daripada yang dianjurkan sebelumnya.
    Dengan ventilasi tekanan positif, bahkan dengan volume tidal yang kecil, pengembangan lambung yang mengakibatkan regurgitasi dan aspirasi mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, begitu keadaan memungkinkan, jalan nafas harus segera diamankan dengan pipa trakea (TT) atau jika hal itu tidak memungkinkan jalan nafas alternatif harus dimasukkan. Jalan nafas alternatif tersebut antara lain Esophageal- tracheal combitube (ETC), Laryngeal mask airway (LMA), Pharyngotracheal lumen airway, dan cuffed oropharyngeal airway. ETC dan LMA bersama oral dan nasopharyngeal airways, sungkup muka, laringoskop, dan pipa trakea dibahas pada bab 5. Dari alat-alat tersebut di atas, penggunaan LMA semakin meningkat sebagai pilihan utama di rumah sakit. Pedoman Resusitasi jantung paru- perawatan jantung darurat (CPR-ECC) tahun 2000 merekomendasikan penggunaan pipa trakea sebagai alat bantu jalan nafas pilihan jika ada orang yang ahli dalam pemasangannya.
    Terlepas dari alat bantu jalan nafas mana yang digunakan, pedoman-pedoman tersebut menegaskan bahwa penolong harus memastikan penempatan pipa trakea dengan detektor end- tidal CO2 – suatu indikator, sebuah kapnograf, atau sebuah alat kapnometrik. Setelah suatu jalan nafas buatan berhasil dipasang, alat ini harus diamankan secara cermat dengan suatu ikatan ataupun tape (25% jalan nafas buatan ini terlepas atau berubah tempat selama transportasi pasien).
    Walau demikian, beberapa penyebab obstruksi jalan nafas, tidak bisa diatasi dengan metode konvensional. Lebih lanjut, intubasi trakea secara teknis mungkin tidak bisa dilakukan (mis. Trauma fasial berat), ataupun usaha yang berulang-ulang lebih membahayakan pasien (mis.trauma tulang leher). Pada keadaan-keadaan ini, tindakan krikotirotomi ataupun trakeostomi mungkin diperlukan. Krikotirotomi dilakukan dengan meletakkan kateter intravena yang besar atau kanula khusus yang tersedia secara komersil ke dalam trakea melalui garis tengah membrana krikotiroid. Lokasi yang tepat dipastikan dengan adanya aspirasi udara. Kateter ukuran 12 atau 14 membutuhkan tekanan pendorong sebesar 50 psi untuk dapat menghasilkan aliran udara yang cukup (transtracheal jet ventilation).
    Terdapat berbagai sistem tersedia, yang menghubungkan sumber oksigen tekanan tinggi (mis.oksigen dinding sentral, tangki oksigen, ataupun outlet udara pada mesin anestesi) dengan kateter. Sebuah injektor jet yang dioperasikan dengan tangan atau katup pengalir oksigen pada sebuah mesin anestesi mengatur ventilasi. Penambahan sebuah regulator tekanan meminimalkan resiko terjadinya barotrauma.
    Terlepas dari sistem ventilasi jet transtracheal mana yang dipilih, alat ini harus segera tersedia, menggunakan pipa dengan tingkat pengisian penuh yang rendah, dan memiliki sambungan- sambungan yang aman. Sambungan langsung kateter intravena ukuran 12 atau 14 dengan sistem lingkaran anestesi tidak memungkinkan ventilasi yang adekuat karena tingginya tingkat pemenuhan (compliance) pipa pernafasan dan kantung pernafasan yang berkerut. Di samping itu, juga tidak mungkin memberikan ventilasi yang adekuat melalui kateter ukuran 12 atau 14 dengan menggunakan kantong resusitasi yang dipompa secara manual (self-inflating resuscitation bag).
    Cukup tidaknya ventilasi- terutama ekspirasi – dinilai dengan observasi pergerakan dinding dada dan auskultasi suara nafas. Komplikasi akut meliputi pneumotoraks, emfisema subkutan, emfisema mediastinum, perdarahan, bocornya trakeomalasia, stenosis subglotis, dan perubahan pada pita suara. Krikotirotomi tidak dianjurkan secara umum pada anak usia di bawah 10 tahun.
    Trakeostomi bisa dilakukan di suatu lingkunyan yang lebih terkendali setelah oksigenasi telah diamankan dengan krikotirotomi. Namun, gambaran lengkap tentang trakeostomi berada di luar lingkup teks ini.

    Pernafasan (Breathing)
    Penilaian tentang ada atau tidaknya pernafasan spontan harus segera dilakukan menyusul terbukanya atau dibuatnya jalan nafas. Ventilasi (dan kompresi dada) tidak boleh ditunda untuk intubasi bila jalan nafas yang paten dapat diperoleh dengan manuver mengangkat mandibula (jaw thrust). Apnea dipastikan dengan kurangnnya pergerakan dinding dada, tidak adanya suara pernafasan, dan kurangnya aliran udara. Terlepas dari metode jalan nafas dan pernafasan mana yang digunakan sebuah regimen (aturan) khusus telah dianjurkan untuk pasien yang apnea. Pada awalnya, 2 nafas diberikan secara perlahan (2 detik per nafas pada pasien dewasa, dan 1-1/2 detik pada bayi dan ank-anak). Jika bantuan nafas ini gagal diterima oleh pasien, bisa jadi karena pada jalan nafasnya masih terdapat obstruksi dan kepala serta lehernya perlu direposisi atau karena terdapat benda asing yang perlu disingkirkan terlebih dahulu.
    Bantuan pernafasan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke sungkup (mouth to barrier device) harus dilakukan pada pasien yang tidak bernafas, bahkan di rumah sakit ketika kereta pengangkut pasien sedang berjalan. Menjepit hidung memungkinkan terbentuknya suatu penutup yang rapat antara bibir penolong dan bagian luar mulut korban. Bantuan pernafasan yang sukses (volume tidal 700-1000 ml, 10-12 kali per menit pada orang dewasa) dipastikan dengan melihat naik turunnya dinding dada dalam setiap nafas dan mendengar serta merasakan keluarnya udara saat ekspirasi. Penyebab paling sering pernafasan mulut ke mulut yang tidak adekuat adalah kontrol jalan nafas yang tidak memadai. Pernafasan dari mulut ke mulut dan hidung lebih efektif pada bayi dan anak kecil daripada pasien dewasa.
    Udara pernafasan yang dikeluarkan seorang penolong hanya mengandung konsentrasi oksigen sebesar 16-17% dan mengandung banyak CO2, bukti baru menunjukkan bahwa metode ventilasi ini dapat merugikan. Konsentrasi oksigen inspirasi yang rendah dan hiperkarbia, dikombinasikan dengan curah jantung yang rendah dan pintas intrapulmoner (intrapulmonary shunting) selama resusitasi, menyebabkan hipoksia. Oksigen tambahan, terutama yang 100%, selalu harus digunakan bila tersedia. Bila oksigen tambahan digunakan, volume tidal yang lebih rendah yaitu sebesar 400-700 ml lebih dianjurkan.
    Pernafasan dari mulut ke sungkup atau ke barrier device memiliki keuntungan yaitu lebih higienis daripada pernafasan dari mulut ke mulut karena bibir penolong membentuk kontak yang rapat dengan alat yang membatasi.Alat-alat yang menghindari terjadinya kontak langsung dari mulut ke mulut harus tersedia di manapun di lingkungan runah sakit. Ventilasi dengan sungkup bisa dilakukan dengan lebih mudah pada sebagian pasien karena penolong akan bisa mengatur jalan nafas atau membuat tutup (seal) yang kedap udara secara lebih efektif. Lebih lanjut, sebagian alat mulut ke sungkup memungkinkan dialirkannya oksigen tambahan.
    Sebuah alat kantong-katup-sungkup yang bisa dipompa secara manual (self inflating bag-valve-mask device) telah dijelaskan pada bab 3 (lihat bagian Sistem Pernafasan Resusitasi). Alat-alat ini dapat menjadi kurang efektif daripada ventilasi dari mulut ke sungkup atau ventilasi kantong-katup-pipa trakea karena kesulitan- kesulitan yang mungkin dihadapi oleh seorang personil yang tidak berpengalaman dalam mempertahankan jalan nafas dan menutup dengan satu tangan serta secara simultan mengalirkan volume tidal yang adekuat.dengan tangan yang lain. Jika terdapat personil tambahan, penekanan pada krikoid harus dipikirkan untuk mencegah regurgitasi.
    Intubasi trakea harus diusahakan segera setelah dipandang praktis. Usaha- usaha intubasi tidak boleh mengganggu ventilasi lebih dari 30 detik. Penekanan krikoid menurunkan kemungkinan terjadinya regurgitasi dan aspirasi selama intubasi. Setelah intubasi, pasien bisa diberikan ventilasi dengan kantong yang bisa dipompa manual (self-inflating bag) yang mampu mengalirkan oksigen dengan konsentrasi tinggi. Karena sekarang terdapat dua tangan untuk menekan kantong ventilasi diharapkan lebih memuaskan.
    Ventilator- ventilator angkutan otomatis, yang digunakan di Eropa sejak tahun 1980-an, sekarang direkomendasikan penggunaannya di Amerika Serikat untuk perawatan sebelum rumah sakit (prehospital care) dan pengangkutan pasien yang terintubasi. Sewaktu memilih ventilator untuk pasien rumah sakit yang menjalani CPR-ECC, hindari mode ventilator yang pressure-cycled dan utamakan penggunaan ventilator yang volume atau time-cycled.
    Rasio antara ruang hampa fisiologis (dead space) terhadap volume tidal (VD/VT) menunjukan efisiensi pembuangan CO2. VD/VT meningkat selama resusitasi jantung paru sebagai akibat rendahnya aliran darah pulmonar dan tingginya tekanan alveolar. Oleh karena itu, ventilasi menit mungkin harus ditingkatkan sampai 50-100% segera setelah sirkulasi dapat dikembalikan ketika CO2 dari perifer dibawa kembali ke paru-paru.

    Sirkulasi (Circulation)
    Setelah berhasil mengalirkan dua bantuan pernafasan awal (masing- masing lamanya 2 detik), sirkulasi harus dinilai dengan cepat- para penyedia layanan kesehatan disarankan untuk langsung memeriksa denyut nadi. Jika pasien memiliki denyut nadi (Arteri carotid pada orang dewasa atau anak, arteri brachialis ataupun femoralis pada bayi) atau pun tekanan darah yang cukup, bantuan pernafasan diteruskan frekuensi 10-12 nafas per menit untuk dewasa atau anak-anak berusia lebih dari 8 tahun, dan 20 nafas per menit untuk bayi ataupun anak berusia lebih kecil dari 8 tahun. Jika denyut nadi pasien tidak teraba atau terjadi hipotensi yang berat, sistem sirkulasi harus dibantu dengan kombinasi kompresi dada luar, administrasi obat secara intravena, dan defibrilasi jika diperlukan. Dimulainya suatu kompresi dada dianjurkan jika terjadi perfusi perifer yang tidak adekuat, dan pemilihan obat serta besarnya energi defibrilasi seringkali tergantung gambaran elektrokardiograf yang menunjukkan adanya aritmia.

    Kompresi dada luar
    Kompresi dada harus segera dilakukan pada pasien yang nadinya tidak berdenyut. Tentukan letak prosesus xiphoideus dan tumit tangan penolong diletakkan di atas bagian setengah bawah sternum. Tangan lainnya diletakkan di atas tangan yang tadi dengan jari-jarinya dijalin ataupun direntangkan, tapi tidak menempel pada dada. Bahu penolong harus diletakkan sejajar di atas tangan, dengan siku yang terkunci pada posisinya dan lengan dalam keadaan ekstensi, sehingga berat tubuh bagian atas penolong digunakan untuk kompresi. Dengan tekanan ke bawah yang tegak lurus, sternum ditekan dengan kedalaman 1,5-2 inci (4-5 cm) pada dewasa, 1-1,5 inci (2-4 cm) pada anak-anak, lalu dibiarkan kembali pada posisi normalnya. Pada bayi, kompresi diberikan dengan kedalaman 0,5-1 inci (1,5-2,5 cm) dengan menggunakan jari tengah dan jari manis pada sternum yaitu satu jari di bawah garis antar areola mamae. Waktu kompresi dan pelepasan harus sama.
    Resusitasi pada pasien dewasa, baik dengan satu maupun dua penolong, dilakukan dengan memberikan 2 nafas untuk setiap 15 kompresi (15:2), memberikan waktu selama 2 detik untuk masing-masing nafas. Frekuensi kompresi dada harus diberikan 100 kali per menit dengan berapa pun jumlah penolongnya. Pada bayi kompresi dada diberikan lbih dari 100 kali per menit dengan satu kali bantuan nafas diberikan setiap 5 kompresi. Catat bahwa frekuensi kompresi lebih menunjukkan kecepatan kompresi (sedikit lebih kecil dari 2 kali perdetik) dan bukan jumlah kompresi yang diberikan dalam satu menit. Jumlah kompresi yang diberikan per menit bisa saja lebih sedikit jika hanya terdapat satu penolong saja yang harus berhenti sesaat untuk memberikan ventilasi pada pasien selama melakukan manuver-menuver bantuan hidup dasar. Kecukupan curah jantung bisa diperkirakan dengan memantau end-tidal CO2 ataupun pulsasi arteri.
    Kompresi dada mendorong darah untuk mengalir baik dengan meningkatkan tekanan rongga dada (pompa thoraks) maupun dengan secara langsung menekan jantung (pompa kardiak). Selama RJP dengan durasi yang pendek, aliran darah lebih banyak terjadi akibat mekanisme pompa kardiak, dengan terus berlanjutnya RJP, fungsi jantung menjadi berkurang dan mekanisme pompa thoraks lebih berperan. Frekuensi dan kekuatan kompresi sama-sama penting untuk mempertahankan aliran darah, perfusi ke jantung dan otak yang efektif dapat dicapai dengan baik apabila kompresi dada menggunakan 50% waktu untuk berkerjanya organ, sedangkan 50 % waktu lainnya ditujukan untuk fase relaksasi (memberikan kesempatan darah untuk kembali ke dada dan jantung).

    Defibrilasi (Defibrillation).
    Fibrilasi ventrikel paling sering terjadi pada orang dewasa yang mengalami henti jantung non traumatik. Waktu antara terjadinya kolaps sampai terjadinya defibrilasi menjadi penentu utama kelangsungan hidup pasien. Kesempatan hidup berkurang 7-10% setiap menit tanpa defibrilasi. Oleh karena itu, pada pasien dengan gagal jantung harus dilakukan defibrilasi secepat mungkin. Personil pelayanan kesehatan yang bekerja di rumah sakit dan fasilitas rawat jalan harus mampu melakukan defibrilasi secepatnya pada pasien gagal jantung dengan bukti adanya fibrilasi ventrikel secepat mungkin. Kejutan listrik harus diberikan dalam 3 menit (±1 menit) berhentinya jantung.
    Tidak ada hubungan yang pasti antara kebutuhan energi untuk keberhasilan defibrilasi dengan ukuran tubuh; kejutan listrik dengan tingkat energi yang terlalu rendah tidak akan berhasil menyebabkan defibrilasi dan sebaliknya tingkat energi yang terlalu tinggi bisa menyebabkan trauma fungsional maupun morfologis.
    Defibrilator memberikan energi dengan bentuk gelombang monofasik maupun bifasik. Bentuk-bentuk gelombang bifasik semakin banyak dianjurkan untuk kardioversi karena memberikan hasil yang sama baiknya, dengan kebutuhan energi yang lebih kecil dan secara teoritis lebih sedikit menyebabkan kerusakan miokardium.
    Di banyak institusi, tersedia defibrilator eksternal yang otomatis (AED). Alat-alat tersebut semakin banyak digunakan oleh masyarakat misalnya oleh polisi, pemadam kebakaran, petugas keamanan, pengawas olahraga, anggota patroli ski, personil penerbangan, dan sebagainya. Alat-alat tersebut diletakkan pada tempat-tempat umum di mana 20,000 orang atau lebih melewatinya setiap hari. AED merupakan alat canggih yang menggunakan microprocessor yang mampu melakukan analisis elektrokardiografik dengan spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi dalam membedakan irama-irama yang bisa diberi kejutan listrik dengan yang tidak bisa diberikan kejutan listrik. Semua AED yang diproduksi sekarang ini memberikan kejutan listrik dengan beberapa tipe bentuk gelombang bifasik. Dibandingkan dengan kejutan listrik monofasik, kejutan bifasik memberikan energi dalam dua arah dengan efek yang sama pada tingkat energi yang lebih rendah dan mungkin dengan cedera miokardium yang lebih kecil. Alat-alat ini memberikan kejutan listrik yang mengimbangi impedansi dengan menggunakan Biphasic Truncated Exponential (BTE) atau rectilinear (RBW) morphology. Kejutan listrik bifasik memberikan energi yang rendah untuk defibrilasi (150-200 joule) yang telah terbukti sama efektifnya dengan kejutan listrik Monophasic damped sine (MDS) sebesar 200- 360 joule. Ketika menggunakan AED, satu bantalan elektroda diletakkan di samping batas kanan atas sternum, tepat di bawah klavikula dan bantalan lainnya diletakkan lateral dari puting kiri, dengan puncak bantalan terletak beberapa inci di bawah aksila.
    Untuk kardioversi fibrilasi atrium,energi sebesar 50-100 joule dapat digunakan pada tahap awal dan ditingkatkan bila diperlukan. Untuk atrial flutter atau paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT), energi awal yang diberikan sebesar 30-50 joule bisanya adekuat.
    Takikardi ventrikel, terutama takikardi ventrikel monomorfik, memberikan respon yang baik terhadap kejutan listrik inisial sebesar 100 joule. Untuk takikardi ventrikel polimorfik atau untuk fibrilasi ventrikel, energi awal yang diberikan sebesar 120-200 joule tergantung tipe gelombang bifasik yang digunakan. Peningkatan besarnya energi yang diberikan harus dilakukan secara bertahap jika kejutan pertama gagal, meskipun beberapa AED berkerja dengan protokol energi yang tetap yaitu 150 joule dengan tingkat keberhasilan yang tinggi dalam mengatasi fibrilasi ventrikel.
    Kardioversi harus disinkronisasikan dengan kompleks QRS dan direkomendasikan untuk pasien dengan takikardia kompleks lebar yang stabil secara hemodinamik yang membutuhkan kardioversi, PSVT, fibrilasi atrial, dan atrial flutter.

    Resusitasi Jantung Paru Invasif
    Torakotomi dan pemijatan jantung dengan dada terbuka bukanlah merupakan bagian dari RJP yang rutin karena tingginya insidensi komplikasi yang berat. Meskipun demikian, teknik invasif ini dapat membantu dalam keadaan- keadaan mengancam jiwa tertentu yang tidak memungkinkan pemijatan jantung tertutup yang efektif. Indikasi yang mungkin antara lain henti jantung yang berhubungan dengan trauma dada yang tajam maupun tumpul, trauma tajam pada perut, deformitas dada yang parah, tamponade perikardial, atau emboli paru.

    Akses Intravena
    Sebagian obat-obatan resusitasi dapat diabsorpsi dengan baik dengan pemberian melalui pipa trakea. Lidokain, epinefrin, atropin, dan vasopresin (tetapi tidak sodium bikarbonat) bisa diberikan melalui kateter yang ujungnya memanjang melewati pipa trakea. Dosisnya 2-2,5 kali lebih tinggi daripada pemberian intravena , dilarutkan dalam 10 ml NaCl fisiologis atau aqua destilata, direkomendasikan untuk pasien dewasa. Meskipun membuat akses intravena merupakan prioritas yang penting, hal ini jangan sampai didahulukan dibandingkan penatalaksanaan awal jalan nafas, kompresi dada, atau defibrilasi. Akses vena jugularis interna atau subklavia yang telah ada sebelumnya dapat menjadi akses vena yang ideal selama resusitasi. Jika tidak ada akses vena sentral, harus diusahakan untuk membuat akses vena perifer, baik di antekubiti ataupun vene jugularis eksterna. Dengan akses intravena perifer terdapat jarak waktu antara pemberian obat dan waktu obat mencapai jantung sekitar 1 sampai 2 menit, karena menurunnya aliran darah perifer selama resusitasi. Pemberian obat melalui akses intravena perifer harus diikuti oleh semburan (flush) intravena (misalnya bolus cairan 20 ml pada orang dewasa) dan ekstremitas diangkat selama 10-20 detik. Kompresi jantung mungkin harus dihentikan untuk sementara waktu untuk membuat akses vena jugularis interna jika respon terhadap pemberian obat melalui akses perifer dianggap tidak adekuat.
    Jika kanulasi intravena sulit dilakukan, infus intraoseus bisa menjadi akses vaskuler darurat pada anak-anak. Tingkat keberhasilannya lebih rendah pada anak yang lebih tua, tapi bahkan pada orang dewasa sekalipun kanulasi intraoseus dapat dilakukan dengan sukses pada tibia maupun radius dan ulna bagian distal. Jarum spinal kaku berukuran 18 dengan stilet ataupun sebuah jarum trephine sumsum tulang bisa dimasukkan pada femur distal maupun tibia proksimal. Jika tibia yang dipilih, jarum dimasukkan 2-3 cm di bawah tuberositas tibia pada sudut 450 dari lempeng epifise. Ketika jarum telah mencapai korteks, maka jarum harus dapat berdiri tegak tanpa ditopang. Penempatan jarum yang benar dipastikan dengan kemampuan mengaspirasi sumsum tulang melalui jarum tersebut dan larutan dapat dimasukkan dengan mudah. Sebuah jaringan sinusoid vena di dalam rongga medularis tulang panjang mengalirkan darah ke sirkulasi sistemik melalui vena –vena emissary. Rute ini sangat efektif untuk pemberian obat, kristaloid, koloid, dan darah serta kecepatan alirannya dapat melebihi 100 ml/ jam di bawah pengaruh gravitasi. Kecepatan aliran yang lebih tinggi lagi dapat dicapai jika larutan diberikan tekanan (mis.300mmHg) melalui kantung infusi. Permulaan aksi obat menjadi sedikit lebih lambat dibandingkan jika obat diberikan secara intravena maupun melalui trakea.Akses intraoseus membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk beberapa jenis obat (mis. Epinefrin) jika dibandingkan dengan dosis yang dianjurkan untuk pemberian intravena. Penggunaan infus intraoseus untuk induksi dan rumatan anestesi umum, terapi antibiotik, pengendalian bangkitan (seizure), dan penggunaan inotropik telah dilakukan. Karena adanya resiko osteomielitis dan sindroma kompartemen, maka sebaiknya akses intraoseus harus digantikan dengan akses intravena sesegera mungkin. Sebagai tambahan, karena secara teoritis akses intraoseus dapat menyebabkan emboli sumsum tulang atau lemak, maka infus intraoseus harus dihindari pada pasien dengan pirau kanan ke kiri, hipertensi pulmonal dan insufisiensi paru berat.


    Identifikasi Aritmia
    Keberhasilan terapi listrik dan farmakologis pada pasien henti jantung tergantung dari identifikasi pasti adanya aritmia yang menjadi penyebabnya. Menafsirkan irama jantung di tengah-tengah situasi resusitasi dipersulit oleh artifak- artifak dan variasi dalam teknik pemantauan /monitoring (mis. Sistem lead, peralatan).

    Pemberian Obat
    Banyak obat-obatan yang digunakan selama RJP telah dijelaskan pada beberapa bagian dari teks ini. Tabel 47-4 menyimpulkan aksi kardiovaskular, indikasi, dan dosis obat yang sering digunakan selama resusitasi.
    Kalsium klorida, sodium bikarbonat, dan bretilium tidak terdapat pada tabel ini. Kalsium (2-4 mg/kg garam klorida) bermanfaat dalam terapi hipokalsemia, hiperkalemia, hipermagnesemia, ataupun pada kelebihan dosis obat penghambat saluran kalsium (Calcium channel blocker). Bila digunakan, kalsium kloroda 10% bisa diberikan 2-4 mg/kg setiap 10 menit. Sodium bikarbonat (0,5-1 meq/kg) tidak direkomendasikan dalam pedoman ACLS dan hanya dipertimbangkan penggunaannya pada situasi khusus seperti asidosis metabolik ataupun hiperkalemia yang telah ada sebelumnya, atau dalam pengobatan kelebihan dosis antidepresan trisiklik ataupun barbiturat. Sodium bikarbonat meningkatkan PH plasma dengan berinteraksi dengan ion hidrogen membentuk asam karbonat, yang segera berdisosiasi menjadi karbondioksida dan air. Karena karbondioksida dengan mudah melewati membran sel dan sawar darah otak, maka dapat menyebabkan hiperkapnia arterial yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya asidosis intraseluler pada jaringan. Meskipun keberhasilan defibrilasi tidak berhubungan dengan ph arteri, peningkatan karbondioksida intra miokardial bisa mengurangi tingkat keberhasilan resusitasi. Lebih lanjut, pemberian bikarbonat bisa menyebabkan perubahan detrimental pada osmolalitas dan kurva disosiasi oksigen- hemoglobin. Oleh karena itu, ventilasi alveolar yang efektif dan perfusi jaringan yang adekuat merupakan penanganan pilihan dalam mengatasi asidosis metabolik dan respiratorik yang menyertai resusitasi.
    Bretilium tosilat merupakan salah satu senyawa yang dapat digunakan untuk mengatasi takikardi dan fibrilasi ventrikel. Berdasarkan hasil penelitian, bretilium dihapuskan dari pedoman ACLS karena tingginya angka kejadian efek samping obat yang serius akibat penggunaannya, keberadaan obat yang sama efektifnya, dan kekurang tersediaannya secara nasional.
    Terapi cairan intravena dengan koloid maupun larutan garam yang seimbang (mis.NaCl fisiologis) diindikasikan pada pasien dengan deplesi volume intravaskular (mis. Pada kehilangan darah akut, ketoasidosis diabetik, luka bakar) Larutan yang mengandung dekstrose dapat menyebabkan diuresis hiperosmotik dan dapat memperburuk kondisi neurologis. Oleh karana itu, larutan ini harus dihindari penggunaannya kecuali jika dicurigai adanya hipoglikemia. Begitu pula, pemberian air bebas (D5W) bisa menyebabkan edema serebral.

    Terapi Pacujantung Darurat (Emergency Pacemaker Therapy)
    Pacu jantung transcutaneus (TCP) adalah metode non invasif yang secara cepat mampu mengatasi aritmia yang disebabkan gangguan konduksi atau impuls abnormal. Hal ini termasuk asistol, bradikardi akibat blokade jantung, ataupun takikardi akibat mekanisme reentrant. Jika ada kekhawatiran tentang penggunaan atropin pada blokade dengan derajat tinggi, maka penggunaan TCP selalu dianggap sesuai. Jika pasien tidak stabil dengan bradikardi yang jelas, TCP harus digunakan sesegera mungkin. Unit pacu jantung telah menjadi kesatuan bangun pada beberapa model defibrilator. Elektroda- elektroda pacu yang dapat dibuang ini biasanya ditempatkan pada posisi anteroposterior pada pasien. Penempatan elektroda negatif sama dengan posisi V2 pada EKG, sedangkan elektroda positif diletakkan pada dada kiri belakang di bawah skapula, lateral dari vertebra. Catat bahwa penempatan elektroda ini tidak mengganggu penempatan paddle sewaktu defibrilasi. Kegagalan fungsi alat ini dapat disebabkan oleh penempatan elektroda yang salah, kontak yang kurang antara elektroda dan kulit, ataupun oleh karena peningkatan impedansi transtorakal (mis.dada yang berbentuk gentong/ barrel- shape chest, efusi perikardial). Pengeluaran arus meningkat secara perlahan sampai rangsangan pacu memperoleh tangkapan listrik dan mekanik. Kompleks QRS yang lebar yang mengikuti gelombang pacu yang tajam menandai adanya tangkapan listrik, sedangkan tangkapan mekanis (ventrikular) harus dipastikan dengan denyut nadi ataupun tekanan darah yang meningkat. Pasien yang sadar mungkin membutuhkan sedasi untuk mengatasi ketidaknyamanan akibat kontraksi otot skelet. Pacu jantung transkutaneus dapat memberikan terapi sementara yang efektif sampai pacu transvenous atau terapi definitif lainnya bisa dimulai. TCP memiliki beberapa keuntungan dibandingkan pacu transvenous karena dapat digunakan oleh hampir semua penyedia/ provider elektrokardiogram serta dapat digunakan dengan mudah dan sesegera mungkin.

    Langkah-langkah kardioversi sinkronisasi
    1. Pertimbangkan sedasi.
    2. Hidupkan defibrilator (monofasik atau bifasik).
    3. Hubungkan lead monitor dengan pasien (yang putih ke kanan, yang merah ke tulang rusuk, sisanya ke bahu kiri) dan pastikan tampilan yang sesuai dengan irama jantung pasien yang sebenarnya.
    4. Mulai mode sinkronisasi dengan menekan “sync” pada panel kontrol.
    5. Lihat petunjuk pada gelombang R yang menunjukkan mode sinkronisasi.
    6. Jika dibutuhkan, sesuaikan kembali monitor sampai petunjuk sinkronisasi terlihat pada setiap gelombang R.
    7. Pilih tingkatan energi yang sesuai.
    8. Letakkan bantalan konduktor pada pasien (atau oleskan gel pada paddle).
    9. Posisikan paddle pada pasien (sternum-apex).
    10. Umumkan pada anggota tim ”Mengisi defibrilator—cari posisi aman”.
    11. Tekan panel ”charge” pada puncak paddle (dengan tangan kanan).
    12. Ketika defibrilator sedang diisi, mulai perintah mencari posisi aman yang terakhir,Katakan dengan suara tegas, sebelum melakukan setiap kejutan listrik,Pastikan kita, orang di sekitar kita, orang yang sedang memberikan bantuan pernafasan tidak ada kontak dengan pasien, stretcher, dan peralatan.
    13. Berikan tekanan sebesar 25 lb pada kedua paddle.
    14. Tekan tombol ”discharge” secara simultan.
    15. Lihat monitor. Jika masih terdapat takikardi, tingkatkan besarnya energi yang digunakan (joule) sesuai dengan algoritma kardioversi elektris.
    16. Set ulang mode ”sync” setelah setiap satu kali kardioversi sinkronisasi karena kebanyakan defibrilator akan kembali ke mode yang tidak tersinkronisasi.
     

Selasa, 31 Mei 2011

konsep icu dan iccu

Definisi Intensive Care Unit (ICU) Intensive Care Unit (ICU) atau Unit Perawatan Intensif (UPI) adalah tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit yang menangani pasien-pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain. Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasien-pasien sakit kritis yang kerap membutuhkan monitoring intensif. Pasien yang membutuhkan perawatan intensif sering memerlukan support terhadap instabilitas hemodinamik (hipotensi), airway atau respiratory compromise dan atau gagal ginjal, kadang ketiga-tiganya. Perawatan intensif biasanya hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan kondisi yang potensial reversibel atau mereka yang memiliki peluang baik untuk bertahan hidup.
Karena penyakit kritis begitu dekat dengan “kematian”, outcome intervensi yang diberikan sangat sulit diprediksi. Banyak pasien yang akhirnya tetap meninggal di ICU. Klasifikasi Intensive Care Unit (ICU) 1. ICU Primer (standar minimal) Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan resusitasi dan ventilasi bantu < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe C atau B1. 2. ICU Sekunder (menengah) Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan ventilasi bantu lebih lama dari ICU primer serta mampu melakukan bantuan hidup lain, tetapi tidak terlalu kompleks. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe B2. 3. ICU Tersier Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan semua aspek perawatan atau terapi intensif. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe A. Organisasi Perawatan Intensive Care Unit (ICU) minimal 1. Seorang DS.An sebagai Kepala SK Dirjendyan Med. SK Menkes Np.983 102 2. Bertanggung jawab langsung kepada Direksi RS 3. Kepala Ruang Perawatan perawat anestesi / ICU 4. Setidaknya 50% perawat yang terlatih dan memiliki sertifikat khusus Intensive Care Unit (ICU) membutuhkan kerja sama tim yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, yaitu para intensivist (klinisi yang mengkhususkan diri pada bidang perawatan intensif), farmasis, perawat, terapis respiratori, dan konsultan medis lain yang berasal dari berbagai spesialis seperti bedah, pediatrik, dan anestesiologi. Para intensivist akan mengatur managemen terapi, diagnosis, intervensi dan perawatan yang bersifat individual bagi tiap-tiap pasien yang mengalami penyakit berat. Peran Intensive Care Unit (ICU) Sebuah Unit Perawatan Intensif harus memiliki kemampuan minimal untuk : Melakukan resusitasi jantung paru Menanggulangi kegawatan nafas Menanggulangi kegawatan sirkulasi Menanggulangi kegawatan kesadaran Menentukan kebijakan / kriteria penderita masuk atau keluar serta rujukan Memiliki dokter spesialis anestesi purna waktu Mengkoordinasi satu tim untuk sebuah pendekatan bersama Memiliki jumlah perawat terlatih yang cukup Memiliki dokter jaga 24 jam Memiliki konsulen yang siap panggil 24 jam Siap melayani pemeriksaan laboratorium, sinar X, perubahan diagnosis dan fisioterapi Tipe, Ukuran dan Setting Ruangan Intensive Care Unit (ICU) 1. Letak dekat UGD, OK, ruang pulih, laboratorium, radiologi, sumber air, listrik, pencahayaan baik dan memenuhi syarat 2. Unit terbuka luas 16-20 m2/tt tertutup luas 24-28 m2/kamar 3. Kamar isolasi 4. Tempat tidur khusus Setiap unit perawatan intensif harus memiliki sumber energi elektrik, air, oksigen, udara terkompresi, vakum, pencahayaan, temperatur dan sistem kontrol lingkungan yang menyokong kebutuhan pasien serta tim perawatan intensif dalam kondisi normal maupun emergensi. Peralatan monitoring yang harus tersedia bagi tiap-tiap pasien antara lain pemantau denyut jantung, frekuensi respirasi, level oksigen arterial dan EKG. Peralatan Standar di Intensive Care Unit (ICU) 1. Sumber O2, udara tekan, penghisap sentral 2. Peralatan lain a. Alat untuk mempertahankan jalan nafas, melakukan ventilasi, bantu hemodinamik (kantong pompa infus, penghangat darah) b. Monitoring portable c. Selimut pengatur suhu tubuh Peralatan standar di Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui endotracheal tubes atau trakheotomi; peralatan hemofiltrasi untuk gagal ginjal akut; peralatan monitoring; akses intravena untuk memasukkan obat, cairan, atau nutrisi parenteral total, nasogastric tubes, suction pumps, drains dan kateter; serta obat-obatan inotropik, sedatif, antibiotik broad spectrum dan analgesik. Indikasi Pasien Masuk Intensive Care Unit (ICU) Pasien sakit kritis, pasien tak stabil yang memerlukan terapi intensif, mengalami gagal nafas berat, pasien bedah jantung Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasif dan non invasif, sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut, walaupun manfaatnya minimal (misal penderita tumor ganas metastasis, komplikasi infeksi, dsb) Kriteria Pasien Keluar Intensive Care Unit (ICU)

Kamis, 25 November 2010

Seputar Kesehatan Rambut Perempuan

Rambut adalah mahkota perempuan. Tak heran, begitu rambut bermasalah,
perempuan pasti langsung pusing tujuh keliling. Sebetulnya, apa saja, sih,
gangguan yang sering muncul? Dan bagaimana cara merawat rambut agar
indah dan sehat?
Dikutip dari Tabloid Nova, terdapat beberapa gangguan seputar rambut dan cara
perawatan yang baik sehingga rambut kita indah dan sehat. (tapi maaf ini lebih
dikhususkan untuk perempuan)
RAMBUT RONTOK
Data menyebutkan, selain masalah ketombe, rambut rontok adalah masalah
rambut yang paling kerap dikeluhkan perempuan dewasa. Penyebab rambut
rontok bervariasi, bisa karena faktor internal, bisa pula karena faktor eksernal.
Penyebab internal misalnya karena faktor hormonal dan faktor otoimun.
Contohnya, rambut rontok pada ibu-ibu yang habis melahirkan, Ini karena faktor
hormonal seperti dijelaskan dr. Tina Wardhani Wisesa, Sp.KK dari FKUIRSCM.
Selain itu, faktor internal juga bisa karena penyakit seperti infeksi oleh jamur,
tifus, kanker, dan alopesia. Menurut dr. Tina, Alopesia adalah kebiasaan
mencabut rambut tanpa disadari.
Sementara, faktor eksternal rontoknya rambut seperti akibat polusi, sinar
matahari, bahan kimia pelurus atau pengkriting rambut serta penggunaan
hairdryer dan sisir yang salah. Perawatan yang tidak benar dan kelainan pada
kulit kepala juga merupakan penyebab lain rontoknya rambut.
BERKETOMBE
Masalah lain yang juga sering dikeluhkan adalah ketombe. Tandanya, pada kulit
kepala muncul sisik tebal. Ini biasanya akan menyebabkan kerontokan rambut
juga.
Cara mengatasi ketombe dilihat dari penyebabnya. Apakah karena faktor internal
atau eksternal. Jika karena faktor internal maka lebih sulit pengobatannya karena
harus dicari dasar penyebabnya. Sementara jika karena eksternal, kita obati dulu
kulit kepalanya. Misalnya dengan mengolesi obat antiseboroik/antiketombe.
Setelah ketombe sembuh, baru diberikan obat untuk menyuburkan atau
menguatkan akar rambut.
Selain itu, sebaiknya gunakan sampo antiketombe 2-3 kali seminggu. Yang jelas,
begitu rambut terasa gatal terus menerus atau rontok terus-menerus, sebaiknya
segera menghubungi dokter agar mendapatkan
perawatan.(sumber:tabloidnova.com)
Sehat Sehabis Smoothing
Smoothing , alias pelurusan rambut, membuat rambut bandel Anda
menjadi halus, lembut dan lurus secara natural. Nah, agar hasilnya awet
bagus, lakukan perawatan ekstra seperti berikut ini.
WENDY SUNDARI
Proses smoothing mirip rebounding. Bedanya, smoothing menggunakan bahanbahan
terpilih yang tidak membuat rambut menjadi lurus kaku. Namun, Meskipun
halus dan lurus, rambut dapat di-blow mengembang, sehingga tidak terlihat
lepek.
Rambut di-smoothing menjadi bermasalah jika Anda malas merawatnya. Rambut
menjadi rusak, kering dan ujung rambut menjadi kasar.
Oleh sebab itu, Anda perlu melakukan ekstra perawatan, agar rambut tetap
menarik.
1. Jangan keramas hingga tiga hari usai smoothing. Sebab, obat yang masih
bekerja pada rambut, akan hilang.
2. Setelah tiga hari, lakukan hair mask, atau masker rambut, untuk memberi
vitamin pada rambut yang sudah terkena zat kimia.
3. Anda pun sudah dapat keramas dua kali seminggu setelah melakukan hair
mask. Gunakan kondisioner sehabis keramas, khususnya di bagian ujung
rambut yang gampang mengering (akibat turunnya obat dari pangkal rambut ke
ujung rambut).
4. Sisirlah rambut Anda dengan sisir bergigi jarang agar tidak mudah rontok.
5. Pakailah anti-frizz spray atau anti-frizz oil untuk melembapkan seluruh rambut
& mencegah rambut kusut.
6. Jika Anda ingin menggunakan catok rambut agar rambut lebih lurus, pakailah
hair moisturizer atau produk yang dapat melembapkan rambut, supaya tidak
kering terkena panas. Sebaiknya tidak usah terlalu sering menggunakan catok
rambut, karena dapat menghilangkan kelembapannya.
7. Jangan mengikat rambut, atau menjepitnya, karena akan meninggalkan bekas
bergelombang yang susah untuk lurus kembali.
8. Seminggu sekali rawat rambut Anda dengan hair mask agar rambut tetap
sehat. Hair mask bisa dilakukan di salon atau di rumah (Anda dapat membeli
produk hair mask tersebut di supermarket atau toko-toko kosmetik)
9. Trim rambut anda sebulan sekali agar terbebas dari ujung-ujung rambut yang
mulai kasar.
10. Jangan mengecat rambut jika baru di-smoothing. Tunggu sampai 3 bulan
sampai rambut Anda siap terkena bahan-bahan kimia lagi.
Rambut Sehat Berjilbab
Keluhan utama perempuan berjilbab adalah kondisi kulit kepala yang
lembap. Akibatnya, rambut jadi rentan terserang ketombe dan kerontokan.
Lakukan perawatan agar rambut berjilbab Anda tetap sehat.
* Lepek dan Berminyak
Saat berkeringat, air peluh dan minyak akan cenderung "mengumpul" karena
rambut tertutup jilbab dan tak terkena udara bebas. Akibatnya, rambut cepat
lepek dan berminyak.
Perawatan :
Gunakan sampo lembut (mild) yang aman dipakai setiap hari dan berfungsi
menambah volume rambut. Setelah keramas, bilas dengan air suam-suam kuku.
Setelah keramas, jangan langsung menyisir rambut. Keringkan dengan handuk
dan tunggu 15 menit, baru sisir rambut.
* Ketombe
Kondisi rambut yang lembab dapat menjadi "sarang" ketombe, baik ketombe
kering maupun basah. Akibatnya, kulit kepala gatal-gatal bahkan menyebabkan
kerontokan rambut.
Perawatan :
Jika ketombe tergolong ringan, gunakan sampo lembut mild dan air hangat untuk
keramas. Saat keramas, cuci rambut hingga bersih dan pastikan tidak ada sisasisa
sampo di rambut. Sisa-sisa sampo bisa memicu munculnya ketombe. Jika
kondisi ketombe berat, segera konsultasi ke dermatologis atau dokter kulit.
*Rontok
Rambut yang tertutup jilbab cenderung lembap sehingga menyuburkan ketombe
penyebab kerontokan rambut.
Perawatan :
Gunakan sisir bergigi jarang dan sisir rambut dengan hati-hati. Untuk sementara
waktu hindari pengecatan rambut, pijat kepala, pemakaian roller, dan pengering
rambut karena akan memperburuk kondisi rambut.
Perlakukan rambut dan kulit kepala dengan lembut. Jika kerontokan rambut
masih ringan, bisa menggunakan hair tonic. Kalau termasuk berat, segera
konsultasi ke dokter kulit.
Triwik Kurinasari
Panjangkan Rambut Tanpa Frustasi
Tak sabar menanti tumbuhnya rambut padahal ingin punya rambut
panjang? Jangan pusing-pusing. Berikut langkah yang bisa diambil.
TETAPKAN TUJUAN
Model dan sepanjang apa yang Anda inginkan? Jika ragu memilih, minta saran
ahli di salon langganan Anda.
TETAP POTONG
Niat memanjangkan rambut bukan berarti tak memotong rambut sama sekali.
Toh, harus tetap rapi, kan? Apalagi bila sebelumnya memiliki gaya rambut
shaggy atau potongan bertingkat. Yang penting, gunting rambut sesuai model
yang sudah Anda pilih dan canangkan. Tak ada salahnya mengatakan pada
penata rambut langganan Anda bahwa Anda ingin memiliki rambut panjang
sehingga ia bisa menyesuaikan guntingan.
RAWAT
Rambut panjang cenderung tampak kering di ujung-ujungnya. Terlebih bila
sebelumnya dikeriting atau dicat. Bahkan tak memakai bahan kimiawi sekalipun,
rambut panjang cenderung lebih kering dibanding rambut pendek. Jadi, gunakan
kondisioner secara teratur agar rambut tetap lembut. Melakukan creambath
secara teratur juga dianjurkan agar rambut tumbuh sehat sehingga cepat
panjang.
Dokumen Nova
Sanggul Sesuai Bentuk Wajah
Rambut bersanggul biasanya dipilih saat mengenakan busana nasional.
Selain dibuat dengan rambut sendiri, sanggul juga dapat diciptakan dari
cemara atau hair piece (sanggul jadi). Walau bersanggul, usahakan agar
penataannya tetap modis dan modern.
Namun yang terpenting, sesuaikan model dan bentuk sanggul dengan bentuk
wajah. Jadi, agar lebih percaya diri, kenali dulu bentuk wajah Anda sebelum
bersanggul.
Wajah Bulat dan Persegi
Sangat dianjurkan untuk melakukan penataan rambut korektif agar menghasilkan
bentuk sanggul yang proporsional dengan bentuk wajah. Agar wajah jadi
seimbang, tambahkan volume di atas kepala dengan menyasak rambut lebih
banyak di bagian tersebut. Apalagi jika Anda berambut tipis. Kemudian, sisir dan
atur dengan bantuan hair spray tanpa aerosol atau hair spray basah agar
sanggul tampak alami dan berkesan ringan.
Cara lainnya, Anda dapat membuat sanggul gaya Bali. Atur jatuhnya sanggul
agak ke bawah atau tepat di belakang leher. Penataan ini akan memberi kesan
melonjong pada wajah sehingga tampak seimbang.
Namun yang juga perlu diingat, sebaiknya pilihlah bentuk sanggul simpel nan
ringan, misal konde cepol model klasik. Hal ini untuk mengurangi kesan berat
atau penuh pada wajah. Aksesori jepit perak atau permata dapat ditambahkan
agar sanggul lebih modern.
Wajah Lonjong atau Oval
Pemilik wajah lonjong atau oval dapat memilih model sanggul yang lebih
beragam. Anda boleh menciptakan sanggul menawan nan kaya detil dengan
penataan rapi, atau yang berkesan berantakan sekalipun. Namun, hindari
sanggul bentuk tinggi yang justru berkesan memanjangkan wajah. Untuk bagian
depan, pilih penataan berponi, yaitu sanggul dengan poni yang disisir sedikit
menutup dahi.
Agar tatanan lebih gaya dan modern, Anda dapat mewarnai rambut terlebih
dahulu atau sekadar memberi highlight. Hal ini membuat detil dan bentuk
sanggul yang sederhana sekalipun terlihat lebih jelas dan indah.
Rias wajah dan rambut: Ari dan Nana Tim Artistik Sari Ayu Martha Tilaar
(Cathy), retno - Tim Artistik Sari Ayu Martha Tilaar (hilda), andiyanto ( rani)
Eveline Sibarani
Merawat Rambut Berwarna
Mewarnai rambut memang menyenangkan. Dalam sekejap, penampilan
bisa berubah total. Sayangnya, rambut yang diwarnai sering mengundang
masalah. Seperti rambut kering, kaku, dan rontok. Solusi agar rambut
berwarna tetap cantik dan sehat, ada di sini.
Rambut Perlu Makanan
Seperti halnya tubuh, rambut juga memerlukan nutrisi agar tetap sehat. Apalagi
kalau rambut Anda diwarnai, yang berarti dia telah dimasuki zat kimia. Makanan
rambut ini bisa Anda dapatkan dengan mudah melalui:
• Daging merah dan sayuran berdaun gelap yang mengandung zat besi. Ini
bermanfaat sebagai penyuplai zat besi yang mengangkut oksigen ke rambut.
• Seafood bisa juga dimanfaatkan karena kandungan zinc-nya bisa mencegah
kerontokan rambut.
• Buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, lemon, dan tomat,
sangat baik untuk mencegah rambut patah dan tidak kusam.
• Sering-sering mengonsumsi susu, kedelai, dan yoghurt karena protein di
dalamnya menjaga asupan gizi pada rambut.
Perawatan Sehari-hari
Perawatan rambut berwarna tidak bisa disamakan dengan rambut biasa. Salahsalah,
rambut berwarna Anda semakin cepat pudar, kering, mudah rontok, serta
terlihat kusam. Agar tetap terawat, aplikasikan tips di bawah ini:
• Selalu gunakan sampo perawatan khusus rambut berwarna, karena formula di
dalamnya mempertahankan warna rambut.
• Bilaslah rambut dengan air hangat sehabis keramas, agar lapisan kutikula
terlindungi sehingga rambut tidak mudah patah.
• Sesudahnya, karena rambut berwarna biasanya kering, gunakan kondisioner
setiap hari yang bisa mengimbangi kadar zat kimia dalam pewarna rambut.
• Lakukan hair spa, hair manicure, atau masker rambut khusus untuk rambut
berwarna. Hindari creambath, karena pijatannya yang keras bisa merusak warna
rambut.
• Berikan nutrisi tambahan berupa vitamin kepada rambut Anda. Tentunya
pilihlah vitamin khusus rambut berwarna.
Astrid Isnawati
Healthy Hair
Apa rahasia agar rambut awet sehat dan cantik? Jawabannya sederhana:
perawatan rutin. Tidak perlu ke salon. Anda bisa merawat mahkota Anda di
rumah. Inilah caranya!
HAIR TONIC
Hair tonic adalah ramuan "ajaib" rahasia rambut sehat. Gunakan tonik saat
rambut dalam kondisi lembap usai keramas dengan sampo dan memakai
kondisioner sesuai dengan kondisi kepala. Hair tonic adalah cairan perangsang
penumbuh rambut yang biasanya berbahan dasar tumbuh-tumbuhan, seperti
ekstrak ginseng atau biji-bijian (biji bunga matahari) dan daun (mint).
Hair tonic digunakan untuk memperkuat akar rambut dan merangsang
tumbuhnya rambut baru. Cukup teteskan 3-5 tetes, pada titik-titik kulit kepala
atau pada daerah kulit kepala yang riskan mengalami kebotakan (misalnya
belahan rambut). Pijat perlahan kulit kepala, agar hair tonic dapat meresap dan
langsung bekerja. Pijatan-pijatan lembut ini akan merangsang stimulasi
pertumbuhan rambut.
CREAMBATH
Cara lain yang ampuh menguatkan rambut adalah dengan creambath. Lakukan
sendiri creambath di rumah. Caranya, cukup beli 1 package krim creambath
yang biasanya dapat dipakai 2-3 kali. Untuk menguatkan rambut biasanya
menggunakan creambath dengan bahan dasar ginseng.
Cara pakainya, rambut dicuci terlebih dahulu. Lalu, usapkan sedikit demi sedikit
krim untuk creambath pada kulit kepala. Pijat perlahan-lahan dengan jari.
Diamkan kurang lebih 10 menit. Bilas dengan air hangat hingga tidak ada sisa
krim yang menempel. Lakukan 2 minggu sekali.
Tips:
1. Pada saat melakukan pemijatan pada kulit kepala, sebaiknya potong pendek
kuku jari tangan. Kuku yang panjang bisa menggores kulit kepala.
2. lakukan creambath saat Anda punya waktu luang. Sehingga, Anda bisa
bekerja dengan maksimal karena tidak terburu-buru.
3. Makanan yang bergizi juga membuat rambut menjadi kuat dan indah.
Perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan kacang-kacangan.
4. Jangan sering memakai ikat rambut atau jepitan, karena akan ada helaian
rambut yang tertarik saat dilepaskan.
5. Perlakukan rambut selembut mungkin. Pakai sisir bergigi jarang.
6. Setelah keramas, sebaiknya keringkan rambut dengan cara diangin-anginkan.
Hindari terlalu banyak memakai mesin pengering rambut.
Cara Mengetes Kesehatan Rambut
Written by Zaitun Hailtiny
Ada satu cara mudah untuk mengetes tingkat kesehatan rambut Anda. Yang
Anda perlukan hanyalah tepung terigu atau paperclip. Selipkan paperclip di
sela-sela rambut, jika bisa meluncur dengan lancar, rambut Anda sehat.
Sebaliknya jika tersendat-sendat, berarti ada masalah dengan rambut Anda.
Untuk pengujian dengan tepung: Ambil satu helai rambut Anda, masukkan ke
dalam tepung, lalu angkat. Jika tepung dengan mudah lepas kembali, berarti
rambut Anda sehat. Tapi jika masih ada tepung yang menempel, menandakan
bahwa di tempat yang ditempeli tepung kutikula rambut telah mengalami friksi
(rusak).
Memang ada alat yang lebih canggih untuk mengetahui tingkat kesehatan
rambut, yaitu Sonic Comb Scan, temuan Pantene Pro-V. Dengan alat ini
kondisi rambut dapat dideteksi lebih tepat lagi, bagian mana yang rusaknya
paling parah. Yang dikatakan rambut tidak sehat adalah rambut yang rapuh
(mudah patah), bercabang, kering, kusam, dan susah diatur.
Lalu bagaimana mengatasinya? "Mudah sekali," kata Rudy Hadisuwarno,
pakar tata rambut kita, pada acara Media Gathering di Jakarta Selasa lalu,
yang juga dihadiri sejumlah artis ibukota. "Cukup dengan memakai
kondisioner secara teratur setiap habis keramas," tambahnya. Masak sih?
Mungkin Anda bertanya tidak percaya. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa kondisioner yang bagus bisa melindungi rambut dari kerusakan,
bahkan mengembalikan kesehatan rambut yang sudah terlanjur rusak.
Lalu bagaimanakah kondisioner yang bagus itu? Marilyn Sherlock, trichologist
(ahli kulit kepala dan rambut) dari Inggris mengatakan kondosioner yang baik
adalah kondisioner yang pelembab untuk menjaga kelenturan atau elastisitas
rambut. Selain itu juga mengandung asam, sehingga dapat mencegah
terangkatnya kutikula rambut oleh bahan kimia bersifat alkalin yang sering
terdapat di dalam sampo dan air ledeng. Kandungan lain yang harus ada
adalah minyak dan pelindung sinar ultra violet (UV) dari matahari.
Kuning Telur untuk Kulit & Rambut
Banyak produk-produk kecantikan menggunakan telur sebagai salah satu bahan
dasarnya. Akan tetapi tanpa harus diproses dulu, Anda pun sebenarnya bisa
memanfaatkan telur sebagai produk alami untuk merawat kecantikan, tanpa
perlu mengeluarkan banyak biaya.
Untuk Atasi Rambut Kusut :
Anda hanya perlu menyiapkan :
* 1 sdt baby oil
* 1 kuning telur
* 1 cangkir air putih
Caranya :
* Kocok kuning telur sampai berbusa, lalu tambahkan baby oil dan kocok
kembali.
* Tambahkan air lalu kocok hingga merata.
* Oleskan pada rambut dan kulit kepala secara merata, biarkan sejenak
kemudian bilas dengan air hangat.
Untuk Masker Anti Keriput :
Bahan :
* 1 kuning telur
* 2 sdm susu segar
Caranya kocok kuning telur dan masukkan susu kedalam kocokan telur, kocok
lagi sampai merata dan oleskan pada wajah Anda dengan menggunakan kuas
khusus untuk masker . Biarkan selama 5 menit lalu bilas dengan air hangat!
Selamat mencoba!
Sumber : Conectique.com
Kesehatan Rambut dan Makanan
Bila rambut anda bermasalah, hal pertama yang anda salahkan kemungkinan
besar adalah sampo yang anda pakai. Namun, pernahkah anda berpikir kalau
kondisi rambut itu juga dipengaruhi pola makan?
Kalau rambut anda kering, hal ini biasanya disebabkan dehidrasi, rambut mati
disebabkan kurang nutrisi, dan kerontokan disebabkan stress. Berikut beberapa
cara makan untuk menjaga rambut sehat:
Kerontokan. rambut terbentuk dari protein, sehingga tidak makan cukup protein
akan menyebabkan rambut rontok. Sebaiknya, konsumsi suplemen multivitamin
termasuk vitamin C dan zat besi setiap hari. Atau, coba perbanyak protein
dengan makan daging, minyak ikan, yang baik untuk kilau rambut dan sayuran
berdaun hijau.
Kulit kepala kering. Ini tandanya anda kurang makan asam lemak yang cukup
penting. Asam lemak tersebut adalah lemak polyunsaturated yang penting bagi
kelembapan kulit dan sel rambut. Sumbernya adalah minyak ikan seperti salmon
dan makerel, alpukat, serta kacang-kacangan.
Jika kulit kepala merah dan gatal, mungkin anda terlalu banyak makan garam
dan gula. Disarankan untuk keramas dengan sampo anti jamur atau minyak
pohon teh serta kurangi konsumsi gula dan garam. (yz, Sumber: Nirmala)
Mencegah Kerontokan Rambut Secara Alami
16-06-2004 | dr.Theresia Diah Arini
Setiap wanita akan merasa cemas bila sehabis keramas melihat lantai atau sisir
yang dipakai dipenuhi oleh helaian rambut yang rontok. Tentu di benaknya akan
timbul pertanyaan wah kalau begini terus bisa gawat ya?
Setiap wanita akan merasa cemas bila sehabis keramas melihat lantai atau sisir
yang dipakai dipenuhi oleh helaian rambut yang rontok. Tentu di benaknya akan
timbul pertanyaan wah kalau begini terus bisa gawat ya?
Penyebab kerontokan rambut
Ada banyak hal yang dapat menjadi penyebab kerontokan rambut; mulai dari
stres, merokok, gizi tidak seimbang, faktor hormonal, berbagai macam penyakit
sampai faktor keturunan. Karenanya, pengobatan medis yang dilakukan juga
banyak, tergantung dari penyebabnya. Lebih jauh para ahli menambahkan,
banyak cara pengobatan alami yang bermanfaat untuk kesehatan rambut,
diantaranya : makan untuk kesehatan, dengan nutrisi seimbang
Makan untuk Kesehatan Rambut
Semua makanan yang baik untuk tubuh secara keseluruhan baik juga untuk
rambut. Di antaranya makanan tinggi protein, rendah karbohidrat dan rendah
lemak. Namun ada pula zat-zat lain yang secara spesifik diperlukan untuk
kesehatan rambut, yaitu asam lemak omega 3, vitamin B12, biotin, dan mineral
seperti zat besi, seng, dan tembaga. Kekurangan salah satu zat ini seringkali
luput dari perhatian kita, namun sesungguhnya berperan penting terjadinya
kerontokan rambut.
Setiap bulan wanita mengalami menstruasi, oleh karena itu wanita sangat rentan
terhadap anemia kekurangan zat besi. Penelitian mendapatkan defisiensi zat
besi ini sering menjadi penyebab kerontokan rambut pada wanita. Sumber zat
besi dalam makanan sehari-hari misalnya dari sayuran hijau, daging berwarna
merah serta hati.
Vitamin B12 bersumber dari telur, serta daging-dagingan. Oleh sebab itu
diperlukan suplemen vitamin B 12 bagi mereka yang tidak makan jenis makanan
tersebut di atas.
Suplemen makanan yang juga dianjurkan untuk dikonsumsi adalah biotin. Biotin
kerap digunakan oleh dokter untuk terapi kerontokan rambut, sebab zat ini
merupakan komponen utama pertumbuhan rambut, kulit serta kuku. Kita bisa
saja mendapatkan biotin alami dari hati atau kuning telur, tapi untuk mencukupi
kebutuhan diperlukan jumlah yang banyak. Karenanya, agar praktis kita dapat
mengkonsumsi dalam bentuk suplemen makanan.
Ramuan Herbal untuk Rambut Rontok
Saat ini di pasaran banyak dijumpai ramuan herbal yang diyakini bermanfaat
mengobati kerontokan rambut. Ramuan herbal tersebut sangat beragam, ada
yang berasal dari tanaman asli Indonesia dan ada yang berasal dari luar negeri.
Cara pemakaiannya juga bervariasi, ada yang dioleskan di kulit kepala, untuk
keramas, dan ada yang diminum. Contoh herbal yang dianggap bermanfaat
adalah : ginseng, jahe, cuka apel, tanaman saw palmetto, horsetail, teh hijau, dll.
Walaupun diberi label sebagai bahan natural, kita perlu tetap hati-hati dalam
pemakaiannya, terutama ramuan yang diminum. Pasalnya, ada juga ramuan
herbal yang memiliki efek samping bagi tubuh terutama bila diminum oleh wanita
yang juga menggunakan obat kontrasepsi. Karena itu, carilah informasi apa
sebenarnya isi ramuan herbal tersebut, dan bila perlu konsultasikan kepada
dokter.
Herbal yang aman digunakan adalah teh hijau. Beberapa penelitian di Jepang
menunjukkan bahwa minum teh hijau dapat meningkatkan zat tertentu yang
disebut sex hormone binding globulin (SHBG) yang menghambat aktivitas
hormonal pemicu kerontokan rambut. Selain itu teh hijau juga bermanfaat
sebagai antioksidan dan memiliki efek anti-kanker.
Rambut Rontok dan Produk Kosmetik Rambut
Selama ini kita sudah tahu bahwa pemakaian kosmetik rambut seperti shampoo,
pewarna rambut, dan pengering rambut dapat menyebabkan kerusakan rambut.
Hal tersebut memang benar, namun kerusakan ini tidak sama dengan
kerontokan rambut akibat masalah genetik atau problem medis lainnya.
Kerusakan akibat kosmetik rambut umumnya berupa batang rambut yang
menjadi pecah-pecah, sedangkan kerontokan akibat problem medis sebenarnya
disebabkan kerusakan pada tingkat akar atau folikel rambut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemakaian kosmetik rambut tidak meningkatkan risiko
terjadinya kerontokan rambut. Hal ini berarti wanita dengan keluhan kerontokan
rambut tidak perlu takut untuk menata bahkan mewarnai rambutnya. Yang
penting imbangi dengan asupan makanan bergizi untuk kesehatan rambut.
Selamat merawat rambut Anda.